TAHLIL berasal dari kata
"hallala - yuhallilu - tahlilan". Artinya membaca kalimat "laa
ilaaha illallah". Setiap melihat orang yang tengah berdzikir dzahar
(jelas) seringkali suaranya dikeraska dan pada awalnya membaca tahlil itu
dengan bacaan panjang. Bagaimana liku-liku tahlil dipanjangkan itu, beritkut
adalah penjelasan beberapa kyai Buntet yang dihimpun redaksi.
DZIKIR (tahlil) yang dipanjangkan di awal bacaan memiliki maksud penghapusan dosa besar. Disamping itu Tahlil merupakan shadaqah (hadiah) dan syafaat (penolong) bagi orang lain.
DZIKIR (tahlil) yang dipanjangkan di awal bacaan memiliki maksud penghapusan dosa besar. Disamping itu Tahlil merupakan shadaqah (hadiah) dan syafaat (penolong) bagi orang lain.
Kita sering mendengar atau bahkan mengucapkan
sendiri saat bertahlil (dzikir): Laa ilaaha ill Allah, biasanya sekali
kalimat itu dibaca 3 x dipanjangkan ucapannya. Setelah itu dilanjutkan sebagaimana
biasanya hingga akhir.
Para ulama
dahulu jelas tidak asal melakukan tahlil (dzikir). Termasuk gerakan
kepala dan juga gaya
ucapaannya. Semata-mata hal ini mengikuti ulama dahulu (salafusholeh).
Sebuah khabar (atsar) yang tertulis dalam kitab Hasyiah 'alaa
mukhtashor Ibnu Abi Jamroh Lil Bukhory, menulis riwayat Anas ra.
عن أنس
قال: من قال لا اله الا الله ومدّها هدمت له اربعة آلاف ذنب من الكبائر. قيل فان
لم يكن له هذه الكبائر؟ قال: يغفرله ذنوب أبويه وأهله وجيرانه.
Artinya: "Dari Anas bin Malik ra. berkata:
"Barangsiapa yang membaca dzikir Laa ilaaha ill Allah dan dipanjangkan
ucapannya, maka dihapuskan empat ribu dosa besar. Ditanyakan bagaimana
seandainya, si pembaca dzikir itu tidak mempunyai dosa besar? Maka dosa besar
(selain syirik) itu akan menghapus kesalahan pada kedua orang tuanya,
keluarganya atau tetangganya."
Tahlil Menghapus Dosa
Dosa dalam pengertian agama adalah bila
diperintah tidak mengerjakan dan bila dilarang tetap saja dilanggar. Atau
gampangnya dosa itu akan melekat manakala: sudah tahu salah, tetap
saja dilanggar!
Sejatinya, orang yang selalu merasa dirinya hina
(berdosa) adalah yang baik, daripada merasa dirinya suci. Bahkan Allah swt
dengan tegas melarang: "…Janganlah kamu mengatakan dirimu suci.
Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (An Najm:
32)
Karenanya, dalam pandangan tasawwuf tidak
mengenal dosa kecil. Sebab dosa ibarat noda hitam yang mengotori hati manusia.
Jika saja kotoran itu terkumpul, lama kelamaan menjadi besar. Karena itu
sebagaimana kebiasaan para ulama dahulu (jadul) dan ulama kemudian mereka
cinta sekali pada tahlilan. Sebab tahlil itu sendiri salah satu
fungsinya merupakan penghapus dosa-dosa. Bahkan konon, jikapun dosanya itu
sebanyak buih di lautan. Sebagaimana hadits diriwayatkan Bukhari
Muslim:
عن أبي
هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من سبح في دبر صلاة الغداة مائة
تسبيحة وهلل مائة تهليلة غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر.
Artinya: "Dari Abi Hurairah ra, bersabda
Rasulullah saw: Barangsiapa bertasbih dan bertahlil 100 kali, di akhir shalat
maka dihapuskanlah dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan."
(HR. Nasai no. 1337) Tertulis pula di hampir semua (buku)
perawi terkenal.
Tahlil: Shodaqah dan Syafa’at
Bahwa
tahlil itu sendiri disamping penghapus dosa, juga merupakan shadaqah. ..... وكل تهليلة صدقة ..."Dalam setiap tahlil itu shadaqah"
(Shoheh Muslim hadits no. 1181).
Di samping sedekah, tahlilan juga bisa memberikan
pertolongan bagi orang lain. Pertolongan ini disebut syafaat. Yaitu
usaha perantaraaan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain, atau
mengelakkan sesuatu madhorot bagi orang lain. Contoh: mestinya
orang mendapat celaka, tetapi tidak jadi. Itulah salah satu manfaat dari
syafaat. Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia
akan memperoleh bagian (pahala) daripadanya." (QS. Annisa:85).
Syafa'at yang baik itu salah satunya adalah
mendoakannya. Tahlil merupakan syafaat sebab di dalamnya merupakan shodaqah
(hadiah). Bukankah hadiah (shadaqah) itu dapat membantu orang lain. "Siapa
yang mensyafa'ati seseorang, sungguh ia telah memberikan hadiah….."
(Lihat Kitab Sunan Ahmad pada hadits no. 21.221).
Rasulullah saw bersabda: "Sungguhnya,
laki-laki dari umatku, dapat memberikan syafaat (pertolongan) pada individu
lain, sampai tiga orang sehingga masuk syurga….. " (Lihat Sunan Turmudzi
hadits no. 2364 dan Sunan Ahmad hadits no. 10721)
Karena itu, tidaklah salah apa yang dikatakan
oleh Shahabat Anas bin Malik ra bahwa membaca tahlil yang dipanjangkan
bisa menghapus dosa besar. Baik untuk sendiri, dosa kedua orang tua, bahkan
tetangga pun ikut serta menikmati manfaatnya. Karena tahlil dapat
memberikan syafaat bagi orang lain.
Apa yang disampaikan oleh Shahabat Anas ra dalam
kitab Abi Jamroh itu boleh jadi merupakan Ilham. Sebab Nabi saw pun pernah
mendapat ilham selama 6 bulan di Gua Hira. Setelah itu meningkat dengan diberi
wahyu. Ilham itu sendiri akan terus datang kepada hamba-hamba Allah
lainnya. "maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya" (QS. As Syams: 8)
Menurut Muhammad bin Ka'ab ra, bahwa jika Allah
menghendaki kebaikan pada seorang hamba, niscaya Allah mengilhamkan suatu
petunjuk kebaikan, kemudian ia mengamalkannya. Sebaliknya, jika
pada orang jahat, akan diilhamkan kejahatan lalu mengerjakannya. (Tafsir Al
Qurthubi)
Akhirnya, tidaklah salah jika para kyai,
ulama dan orang-orang shaleh dengan tegas dan yakin serta mantap untuk tetap
mengerjakan tahlilan (dzikiran) dengan berjama'ah pada majlis tahlil, maupuan
sendirian. Karena di dalamnya istimewa.
Hebatnya Majlis Tahlil
Dikatakan hebat, karena bila di dalamnya ada
orang yang berdosa, akan dimpuni, bahkan pengikut dzikir yang tidak rutinpun,
akan diampuni pula.
Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya:
Nabi s.a.w bersabda: "…… Para Malaikat sentiasa memerhati
majlis-majlis zikir. Apabila mereka dapati ada satu majlis yang dipenuhi dengan
zikir, mereka turut mengikuti majlis tersebut di mana mereka akan melingkunginya
dengan sayap-sayap mereka sehinggalah memenuhi ruangan antara orang yang
menghadiri majlis zikir tersebut dan langit. Apabila orang ramai yang hadir
dalam majlis tersebut bubar, para malikat naik ke langit.
"Baginda bersabda: Allah s.w.t
bertanya para malaikat sedangkan Allah mengetahui pergerakkan mereka
dengan firmanNya: Dari mana kamu datang? Mereka menjawab: Kami datang dari
tempat hamba-hambaMu di dunia. Mereka bertasbih, bertakbir, bertahlil,
bertahmid serta berdoa memohon dariMu. Allah s.w.t berfirman: Apakah yang
mereka pohonkan? Para Malaikat menjawab: Mereka memohon Syurga dariMu…...
"…….. Para Malaikat berkata lagi: Wahai
Tuhan kami, di antara mereka terdapat seorang hambaMu. Dia penuh dengan dosa,
sebenarnya dia tidak berniat untuk menghadiri majlis tersebut, tetapi setelah
dia melaluinya dia terasa ingin menyertainya lalu duduk bersama-sama orang
ramai yang berada di majlis itu. Baginda bersabda: Allah berfirman: Aku juga
telah mengampuninya. Mereka adalah kaum yang tidak dicelakakan dengan majlis
yang mereka adakan." (HR. Bukhari Muslim. Lihat Al Bayan hadits no.
1573) Wallahu a'lam.